Ngomongin pengalaman menginap di hostel memang tidak akan ada habisnya. Kali ini saya akan membahas topik yang bisa dibilang menjadi polemik di kalangan para traveler, yang tak lain dan tak bukan adalah "Ngorok" alias "Mendengkur", serta pengalaman saya tersiksa di berbagai negara karena roommates yang ngorok.
Mendengkur secara harfiah dapat diartikan sebagai suara yang ditimbulkan saat tidur karena adanya getaran jaringan pada saluran udara bagian atas. Suara yang ditimbulkan bisa berbagai macam level-nya:
Level 1 - Level Hembusan:
Level mengganggu: Tidak mengganggu, mengingat suara yang ditimbulkan tidak terlalu keras
Ngorok jenis ini biasanya cuma berupa suara seperti nafas yang terengah-engah, bisa terjadi saat ketika orang pilek, ataupun orang dengan asma ringan, atau sedang kecapekan. Beberapa orang bilang saya termasuk dalam level ini saat pilek atau cape (tapi banyakan bilang kalau saya sama sekali tidak mendengkur)
Level 2 - Level Normal:
Level mengganggu: Level suara yang ditimbulkan pada ngorok jenis ini bisa tergolong normal, sehingga tidak terlalu mengganggu, saat kamu benar-benar dalam kondisi mengantuk, suara tersebut malah bisa jadi lagu nina bobo buat kamu
Level ini yang paling dialami banyak orang (setidaknya ini dari survey orang-orang yang pernah tidur bareng sama saya), suara yang ditimbulkan biasanya berupa "Grrr... Grrr... Grrr..." atau "Ngookkk... ngookk... ngook..!" yang mendayu-dayu, seirama, dan berkesinambungan, merdu merayu.
Level 3 - Level Ngagetin:
Suara ngorok yang ditimbulkan oleh jenis ini bisa dibilang "Mengganggu". Selain suara yang ditimbulkan keras, melody yang tercipta dari dengkuran jenis ini bisa dibilang sangat tidak teratur sehingga bisa ngagetin teman tidurnya, seperti:
"NGOOOK NGRAKKKK! KRAAAKK NGAAAKK GROKKKK! GRRRR!!!... NGOOOKKK!! GROOOKKK!!!! GRAAAKKK! BRRRRR!!! NGOAKK!!!"
Suara di atas yang pasti cukup menyeramkan dan bikin kamu pengen membinasakan orang tersebut pake bantal ileran trus kekepin ke mulut mereka!
Mendengar dengkuran sudah menjadi resiko buat para budget travelers saat menginap di hostel/dorm--tempat di mana rasa saling menghargai, dan tenggang rasa dijunjung tinggi. Berikut kisah saya berjibaku bareng room mates dengan talenta ngoroknya.
Cinderella ber-tytyd lagi diperaduan (tapi FYI doi gak ngorok, ya! Sorry to say!) |
Ngorok di Shanghai
Saat sedang bisnis trip ke Shanghai, saya dihadapkan kenyataan bahwa 2 travel mates saya mengorok, kebetulan saat itu kami menyewa 1 kamar triple dengan 2 bed rooms, 1 room ditempati teman cewek yang ngoroknya Level 3, satu lagi temen cowok yang tidur seranjang dengan saya yang untungnya level ngoroknya masih Level 2
Saat malam menjelang, temen cewek saya (sebut saja Cherry) langsung membombardir kami dengan kemampuan ngoroknya yang sangat bombastis, untungnya kamar kami dibatasi tembok dan dinding sehingga suaranya sedikit ter-absorb.
Gimana dengan teman saya satu lagi (sebut saya Boy) yang tidur seranjang dengan saya yang level ngoroknya masih level 2, jujur ngoroknya memang tidak mengganggu tapi ternyata Si Boy ini punya satu kebiasaan yang cukup mengganggu yaitu Tindihan.
Malam itu saat saya sedang terlelap, dan si Cherry sedang konser rock metal dengan brutalnya di kamar sebelah, tiba-tiba ada satu tamparan mendarat di pipi saya, "PLAKK!", saya sempat terbangun kaget, tapi saya kembali tertidur karena saya menganggap itu mimpi. Beberapa saat berikutnya 2 tampolan melayang lagi di pipi saya "PLAK! PLAK!" saya nengok ke samping, ternyata pukulan tersebut datang dari Si Boy yang mungkin lagi ngelindur, saya pun narik selimut, balik badan dan nerusin tidur!
Saat pagi, si Boy sewot bilang ke saya bahwa kemarin malam doi lagi tindihan, mukul-mukul buat minta tolong ke saya buat bangunin, tapi saya malah balik badan!
Hahaha! Lha meneketehe!
Ngorok di Armenia
Malam itu saya masih belum bisa tidur dan asyik stalking Instagram pacar khayalan, kamar hostel yang saya inapi terdiri dari 4 kasur susun/bunk beds berisi 8 orang.
1 bunk beds di samping saya dihuni oleh sepasang suami istri paruh baya, sang istri tidur di bawah, sedangkan sang suami di atas
1 bunk beds di seberang mereka dihuni oleh 1 backpacker cowok sexy asal Inggris yang kebetulan sedang keluar
1 bunk beds lagi dihuni oleh saya (bawah), dan satu bule cantik di atas
Saat sedang asik scroll Instagram suara ngorok Level 3 mulai terdengar dari bunk beds sebelah (bunk beds pasangan paruh baya), suara tersebut muncul dari sang suami. 15 belas menitan berlalu dan suara ngorok sang suami makin merajalela. Saya pun mulai khawatir kehilangan kualitas tidur malam itu mengingat besok paginya harus buru-buru jalan. Saat sedang gelisah karena takut gak bisa tidur, kepala si bule cewek tiba-tiba muncul dari atas saya.
"Hey! Do you wanna move the room?" tanya dia.
"Sorry what?" Tanyaku cengok.
"Are you sure you can sleep with that sound? Let's move into another room!" ajaknya.
Saya pun ngakak sambil ikutan si cewek ambil bantal ama selimut buat pindah tidur ke kamar sebelah yang untungnya masih banyak bed kosong. Di dorm sebelah kualitas tidur saya tercukupi.
Ngorok di Iran
2 kali ke Iran saya selalu tidur bareng almarhum Ali yang notabene seorang "Sleeping beauty", doi adalah orang yang tidurnya tidak keluar suara apapun, sangat elegan. Kualitas tidur saya sangat tercukupi saat tidur bareng dia. Saat Ali sudah tiada, saya akhirnya tidur bareng Abangnya Ali (Muhammad) yang ternyata sama-sama sleeping beauty-nya. Aman!
Saat kembali ke Iran untuk ke 4 kalinya, saya diajak Abangnya Ali untuk menginap di Villa punya temennya yang terletak di puncak bukit yang sangat indah dan berselimut salju. Kami gak hanya berdua, tapi ternyata datang juga rombongan mas-mas dan om-om tetangga dan teman Ali & Muhammad, total ada sekitar 13 orang. Mereka sengaja berkumpul di tempat ini untuk merayakan kedatangan saya (Yes, hospitality orang Iran emang 'segitunya'!).
Acara dibuka dengan makan makanan ringan seperti kacang-kacangan (almond, pistachio, kuwaci, dll) serta minum teh, disusul dengan makan malam besar, dan ditutup dengan guyon-guyon absurd a la Iran. Saat mereka masih asyik bercanda, saya adalah salah satu dari 3 orang pertama yang merasa mengantuk, si Mohammad pun nunjuk ke saya ke salah satu pojokan, "Hassan! You sleep here! beside Vahid (sepupu si Ali yang lebih dulu tewas), karena saking ngantuknya saya pun tertidur pulas di samping si Vahid.
Tengah malam, saya terbangun akibat suara ngorok Level 3 yang muncul dari samping saya, Si Vahid!
"Omegot!" saya menjerit dalam hati.
Saya mencoba duduk menenangkan diri dengan kondisi lampu yang sudah padam, semua orang sudah tewas sambil ngorok memenuhi ruangan tempat kami ngobrol, semua orang tidur dengan sleeping bag hangat membuntal tubuh mereka. Gimana dengan saya? Saya mulai merasa kedinginan mengingat malam semakin jahat dan lokasi villa ada di puncak bukit yang super dingin. Suara ngorok dan kentut brutal orang-orang se-ruangan yang saling sahut menyahut jaminan 'mesin pembunuh' yang nyata!
Di saat-saat genting, saya teringat bahwa Si Mohammad adalah satu-satunya manusia yang gak ngorok, saya pun mencoba mencari-cari letak dia tidur yang sialnya, doi tidur diantara predator yang ngorok dan kentutnya brutal juga! Malam itu terasa sangat panjang, saya pun terlelap karena saking ngantuk dan capeknya di atas sofa dengan udara yang sangat dingin menusuk tulang serta suara ngorok dan kentut mencret para penghuninya, bahkan saya bisa mendengar suara serigala ikut bersahutan di hutan menambah kesan thriller pada malam tersebut.
Saat pagi, semua orang mengerubungi saya dan menanyakan kenapa saya tidur di sofa? Saya menjawab jujur bahwa saya gak bisa tidur karena semuanya ngorok plus kentut, saya juga merasa kedinginan karena gak pake sleeping bag. Seketika, Mohammad langsung jadi bahan bully-an semua orang karena tidak mem-provide saya dengan selimut yang hangat serta lalai mengecek kondisi saya sebelum tidur. Iran terkenal dengan hospitality-nya, so masalah seperti ini bakalan jadi concern berat dan panjang urusannya.
"Mamad! How can you not taking care about Hassan? He can't sleep! He felt so cold! Shame on YOU!" Hahaha kesian Si Mamad, mereka yang ngorok dan kentut, doi yang kena bully
Ngorok di Vietnam
Cerita di mulai saat kami selesai menjalankan bisnis trip di kota Ho Chi Minh, dan memutuskan untuk extend dengan biaya sendiri karena mau explore lebih dalam kota Saigon. Manager saya, sebut saja Mas Bowie (bukan nama samaran), sok-sokan ngikut nginep bareng saya di sebuah hostel dengan kamar dorm (maklum seumur hidup doi belum pernah nyoba penginapan 'tipe miskin'). Meski agak cabul, manager saya ini terkenal baik, down to earth, dan suka mencoba hal-hal baru. Awalnya kami berdua sempat was-was mengingat doi adalah orang yang memiliki talenta ngorok yang sangat terasah, kan bisa berabe. Dan doi pun sadar akan hal itu serta sempet kepikiran juga.
Malam itu, imaginasi menyeramkan tersebut akhirnya menjadi kenyataan. Kami dapet kamar dorm berisi 8 bunk beds. Saat itu okupansi hostel sedang full, jadi kami dapet bed yang di atas, sementara bed di bawah kami masing-masing diisi oleh sepasang bule, 1 cewek 1 cowok.
Jam menunjukkan pukul 01:00 dini hari, manager saya yang budiman dan pengertian tersebut mulai unjuk kebolehan dalam 'berdendang'. Awalnya ngoroknya cuma level 2 (alias normal) dengan suara dan ritme yang mendayu-dayu. Namun, pelan tapi pasti, level 2 tersebut upgrade menjadi level 3 (Level Ngagetin).
"NGOKKKK! NGAAAKKKK!!! NGOAAKKKK!"
Grubukkk, brubruk! Seketika terdengar suara dari bed di bawah kami yang nampaknya si cewek dari pasangan bule tersebut mulai komplain dan terganggu.
"NGAKKKK! NGOOOAKKKK!!! NGEEEEAAAAKKKK!" Manager saya yang penuh tenggang rasa serta toleransi tingkat tinggi tersebut tersebut makin kenceng ber-'olah suara'.
Kedua bule tersebut terdengar berantem kecil, si cewek komplain ke si cowok, si cowok nampaknya cuma bilang "ya, udahlah tutupin telinga lo aja, ntar juga bisa tidur!"
Si cewek sepertinya tidak terima dan memutuskan untuk keluar kamar sambil banting pintu.
"BRAKKKK!"
Sempat hening beberapa detik...
Tapi...
"NGAKKKK! NGOOOAKKKK!!! NGIUUUNGG!!" Suara laknat tersebut kembali mebahana dalam beberapa detik.
15 menitan telah berlalu, dan si cewek belum juga balik ke kamar. Saya pun iseng ikut keluar kamar sambil sekalian ke toilet buat pipis. Saat baru buka pintu kamar, saya mendapati si cewek sedang berdiri diam di depan kaca wastafel depan kamar dengan muka bete. Saat saya masuk toilet, si cewek malah ngacir balik lagi ke kamar.
Ketika saya balik ke kamar, bukannya berkurang, suara dengkuran tersebut makin tak terkontrol dengan oktaf tinggi dan melengking dahsyat.
"NGAAAAAK!!! NGOK!! NGEEEKKKK! NGOAK NGIK NGOK NGUK!!!!"
*lap cairan listerin yang auto-keluar dari telinga*
*lap cairan listerin yang auto-keluar dari telinga*
"BRAKKKKKK!"
Tiba-tiba bunk bed kami berguncang. Si cewek bule tampaknya marah dan menendang bunk bed kami, hingga bergoncang hebat (untung gak ambruk!). Seketika ruangan menjadi hening dan ajaibnya, suara ngorok bin dajjal tersebut juga berhenti.
Paginya saat kami bangun, kami telah mendapati bahwa bunk bed kedua bule tersebut sudah kosong - asumsi saya, mungkin mereka seketika check-out dan auto-kabur setelah mengalami mimpi buruk tadi malam.
Dasar jiwa-jiwa kepo, saya mencoba iseng mengecek bunk bed si cewek dan dikejutkan dengan temuan mutakhir berupa dua buat tissue yang dibulatin membentuk penutup telinga sebagai peredam suara - misteri kenapa si cewek keluar kamar pun terjawab sudah. LOL
Saat saya menceritakan kejadian ini dan menunjukkan temuan tissue peredam suara tersebut ke tersangka utama (manager saya), kami pun ngakak bareng sampai ambeyen (campur prihatin). Manager saya pun bilang, "Oke, ini yang pertama dan terakhir nginep di dorm, kaga lagiiiiii!"
(Temuan 2 gumpalan tissue sebagai bukti sahih yang korban berinisial BLC (Bule Cewek) gunakan saat tidur)
Ngorok Level 4 di Georgia
Setelah melalui perjalanan panjang selama hampir 24 jam:
Udara: Jakarta-Jeddah-Istanbul-Kars
Darat: Kars-Batumi
Saya saya dihadapkan pada cobaan terberat dalam sepak terjang per-hostel-an saya - bahwa salah satu room mates saya di dorm ngorok. Gak tanggung-tanggung, ini adalah suara ngorok paling menyeramkan yang pernah saya dengar sepanjang hidup berfaedah saya. Saking brutalnya, efek yang ditimbulkan pun bisa menjadi trauma berkepanjangan.
Cerita di mulai saat malam pukul 11, saya tiba di sebuah hostel yang terletak di kota Batumi, kota perbatasan dengan Turki. Saya di sambut oleh mbak-mbak resepsionis pirang yang menanyakan asal saya sambil kesulitan membaca tulisan nama negara di sampul paspor saya yang sudah mulai memudar dan luntur.
"It's Indonesia. I am from Indonesia." Ucapku.
"Ahhh! Hey Indonesia! Saya pernah 4 bulan di Indonesia! Salam kenal. Saya banyak teman di sana, saya dari Jerman, saya suka Indonesia, blablabla..." Tiba-tiba terdengar suara om-om bule nyerocos pake Bahasa Indonesia yang sangat fasih di pojokan, doi adalah salah satu tamu yang juga menginap di hostel tersebut.
"Hey, you! Just, shut up! I am talking to him! NOT YOU!" Si resepsionis cewek sewot memotong pembicaraan.
"Hih, dasar cewek gendeng! Pekok (Goblok dalam bahasa Jawa-Red)!" ucap Si Bule dengan suara medok (FYI, bule ini juga fasih bahasa Jawa!)
Saya tersenyum geli.
---
Malam menjelang sekitar pukul 3 dini hari, saya dibuat terbangun dari tidur dan dikejutkan (beneran terkejut sejadi-jadinya) oleh suara menggelegar yang tiba-tiba menhantam gendang telinga saya.
"GRAAAAKKK! GRRRR!!! GROOOOK!!! GRADAKKKK!!! BRRRMMMM! GROOOKKK GRUMMMMM NGOAAAAKKKK DOOOOAAAAAAAARRR!!!!"
Mata saya seketika terbelalak. Sumber suara tersebut datang dari seorang bule super besar yang sedang ngorok dengan binalnya di seberang bunk bed saya. Suara tersebut sangat menyeramkan dan sangat menggelegar - suara ngorok tersebut bisa jadi merupakan kombinasi suara Bison kena TBC + suara diesel yang udah waktunya turun mesin, serta suara letusan Gunung Tambora yang pernah terjadi pada tahun 1800-an dan menewaskan 100 ribu umat manusia tak berdosa. Sangat mematikan!
Saya mencoba menyumpal telinga saya menggunakan headset serta musik India yang kencang dengan volume maksimal tapi suara terkutuk tersebut tetap terdengar, yang ada saya makin pusing.
Saya pun mencoba menarik nafas dalam-dalam dan menenangkan diri, selanjutnya kembali berbaring.
"GRAAAAKKK! GRRRR!!! GROOOOK!!! GRADAKKKK!!! BRRRMMMM! GROOOKKK GRUMMMMM NGOAAAAKKKK DOOOOAAAAAAAARRR NGOOOOAKKKKK KRATAKK KRATAKKKK!!!!"
Si bule makin menjadi, dengan volume maksimal. Yang saya herankan semua orang di ruangan terlihat tidak terganggu sama sekali dan tetap lelap tidur. Kesabaran saya benar-benar diuji di sini, saya mengaku kalah dan ngacir ke lobby.
Di lobby saya mencoba membangunkan si cewek resepsionis jutek, dan memohon, "Hello, sorry for waking you up, this big guy is snoring SOOOO LOUD! I can't sleeep, really! Do you have another room?" pintaku memelas.
Dengan muka setengah sadar si bule tersebut mulai mebolak-balik buku tamu, "Yes, there is 1 room bed number 7 on the second floor that is empty. You can sleep there." ucapnya setengah kasian ke saya.
Di ruang baru saya pun bisa tidur dengan samawa dan terbebas dari suara ngorok terbombastis sepanjang hayat saya tersebut.
Paginya, pukul 8, saya terbangun dan kembali ke kamar, si bule gaban masih ngorok meledak-ledak tak terkira. Saya geleng-geleng speechless.
Setelah mandi, semua orang sudah bangun termasuk bule raksasa (yang ternyata dari Rusia). Mungkin karena mendengar cerita dari sang resepsionis bahwa saya pindah room gara gara suara ngorok, si bule rusia tersebut mencoba menghadang di depan muka saya dan bertanya, "Hey! Why did you move to another room last night?"
*Glek saya menelan ludah*
*hening*
"Did I snore?" lanjutnya.
"W... WWERRRRYY LOUDDD!" Ucapku lantang.
"HUAHHAHAAHA!" terdengar suara si resepsionis ngakak di ruang sebelah.
Si bule gentong cuma bilang, "Oh, really?" sambil melenggang pergi ke dapur dengan songongnya seolah apa yang doi perbuatan semalam hanyalah dosa receh.
Saat sarapan di dapur, saya ketemu bule Jerman yang tadi malam menyapa saya. Saya pun iseng berbisik ke doi tentang pengalaman doi tidur tadi malam.
"Pssst, can you sleep last night? Didn't you hear something, sir?" bisikku.
Si bule Jerman langsung pasang muka bete di depan bule raksasa, sambil bilang:
"BABIK!!!" (saya lupa kalau dia bisa bahasa Indonesia)
Saya pun ngakak kejengkang sampe celana saya robek dan titit saya menjutai keluar.
(Video rekaman kekejian suara ngorok bule Rusia, Please muternya pake FULL VOLUME)
---
A Mystery Revealed:
Saat check-out saya iseng bertanya kepada sang resepsionis, "Hey, please answer, how can everybody was able to sleep so peacefully while this sick Russian giant man was snoring like crazy?"
Si resepsionis ketawa ngikik sambil bilang, "Hihihihi, you know, hihihi, actually we were all drunk after having crazy party last night, that's why we can't hear anything. And on behalf of that Russian guy, I am so sorry and I hope you'll meet that guy again, hihihihi!" ucapnya ketawa sambil terbatuk-batuk.
WEDUS!