"HOAAAAABBBLEBEB!"
"BLEBLEBLEBLEBLEBLEBLEBBB!"
"BLEBLEBLEBLEBLEBLEBLEBBB!"
"LONTOOOONG!!!"
"HOAAAABBBBLEBBLEBLEB!!!"
"TOLOHOAPPBLEBLEBLEB!!!!"
"HOAAAABBBBLEBBLEBLEB!!!"
"TOLOHOAPPBLEBLEBLEB!!!!"
"HOAAAABLEEEEBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBEBB!!!"
BYURRRRRRRR!
"Udah, kamu aman. Gak papa, kan?"
"Hohoh. Iyah. gak papah. kok. Hoh!"
"Kenapa palampungnya di lepas?"
"Hohoh. Iyah. gak papah. kok. Hoh!"
"Kenapa palampungnya di lepas?"
-------------------------------------------------
Itulah sepenggal kisah miris yang saya alami ketika snorkeling untuk pertama kalinya di salah satu pulau di Kepulauan Karimunjawa. Waktu itu saya nekat dan sok-pede melepas jaket pelampung. And after successfully kelelep saya baru sadar kalau saya gak bisa berenang. GEBLEK!
Eniwei, buat yang gak bisa berenang dan suka panik kalo di dalem air (baca: saya), melepas life jacket sama aja bunuh diri. #NenekBegogJugaTauk
Pembelaan saya: Air laut kan asin. Gue harusnya gak kelelep donk? #LukateLautMatik.#DitimpukJerigenSolar
Eniwei, buat yang gak bisa berenang dan suka panik kalo di dalem air (baca: saya), melepas life jacket sama aja bunuh diri. #NenekBegogJugaTauk
Pembelaan saya: Air laut kan asin. Gue harusnya gak kelelep donk? #LukateLautMatik.#DitimpukJerigenSolar
"Ayu oke? kenapa jaket pelampungnya di lepas, sih?" Sang pemandu sekaligus potograper underwater kembali bertanya kepada saya penuh kekhawatiran.
"Saya, pengen poto nyelem kayak mereka, Pak." Saya mewek.
Ya, ketika ikut snorkeling di Karimunjawa saya berbarengan dengan rombongan turis dari Jakarta yang blesteran bule, ganteng-ganteng dan semuanya jago berenang dan nyelem di air. Jadi wajar donk kalau saya iri!
I felt nelongso ketika tiba sesi foto underwater. Mereka bisa dengan leluasa berpose bak cendol yang melayang-layang di dalam es dawet. Ada yang pose pegang karang (harusnya gak boleh, yak!), ada yang pose gandengan di dalem air, ada yang main kuda-kudaan, kebo-keboan, homo-homoan, de el el.
Lha, Saya? Saya cuma bisa foto ngambang pake jaket pelampung - Persis korban kapal karam! Gak mbois blas!
"Tenang saja. Nanti fotonya akan tetep bagus, kok, meski kamu pake pelampung. Sudah, sekarang pelampungnya di pake aja, yah!"
"Iyah." Jawabku pasrah sambil ngelap ingus berpadu dengan air laut yang sama asinnya.
"Iyah." Jawabku pasrah sambil ngelap ingus berpadu dengan air laut yang sama asinnya.
Hati saya kembali tersayat-sayat ketika melihat rombongan bule yang kece-kece itu berlenggang di sela-sela karang sambil kasih makan ikan-ikan pake roti. Ya Oloh... kasih gue insang, Ya Olohh...
"Oke, sekarang kamu saya foto, yah! Siap?!" Pemandu memberi aba-aba foto.
Dengan berlinang air mata serta air ketuban (lu kate mau ngelahirin?), saya pun bergaya sambil mengambang di atas permukaan air lengkap dengan jaket-pelampung-bedebah-berwarna-merah-merekah. Persis seperti pembalut rasa stroberi!
Setelah jepret sang pemandu pun nunjukin hasilnya ke saya, "Tuh, bagus kan hasilnya?"
"............." Setelah melihat hasilnya, saya pun nangis lewat selakangan.
Tak mau berlarut-larut dalam keterpurukan karena gak bisa poto-poto-comel-ala-putri-dugong-kecebur-penggorengan, saya mencoba untuk move on dengan mengalihkan pandangan ke dalam air melihat berbagai hewan laut dan terumbu karang yang tumbuh-subur-demi-tuhan. Ah indahnya! Indonesia emang surga. Seketika pula saya lupa akan tragedi poto session binal itu.
"Ayo renang ke sana coral-nya lebih bagus." Ajak sang pemandu.
Sambil terus ngambang dan menikmati surga bawah laut "yang-amboy-indahnya" saya terus mengayuh fins dan melawan arus yang lumayan kenceng. Hingga pada akhirnya ada sesuatu yang menarik tubuh saya ke permukaan.
"Kenapa tubuh saya ditarik-tarik, Pak?" Sambil melepas mask dan alat snorkel saya nyolot kepada sang pemandu karena lagi enak-enaknya orgasme underwater, eh, tubuh saya malah di tarik-tarik.
"Hati-hati, mas jangan renang kesitu, itu baling-baling kapal. Bahaya, Mas!"
Ternyata - karena gak becus gerakin fins - arus yang kenceng telah menyeret tubuh mesum saya ini hingga akhirnya terlempar mendekati baling-baling kapal. Untung aja pemandunya begitu waspada. Kalo enggak, mungkin saya akan pulang dengan kepala belah dua - mirip pantat - karena kejedot baling-baling.
"Oh, Heheh. sori-sori-jek! Heheh" saya nyengir kuda binal tanpa dosa.
Sang pemandu hanya geleng-geleng.
------------------------------------------
Puas ber-snorkeling ala tokay ngambang, kami pun di angkut ke Penangkaran hiu - seperti yang ada di semua paket tour di Kepulauan Karimunjawa. Tiba di penangkaran semua peserta langsung berebut untuk bisa berenang dan foto bareng hiu.
Saya?
Saya cuma bisa mimisan karena gak bisa ikutan nyemplung dan poto-poto-comel bareng hiu hanya karena satu alasan - yang keren dan ctar memBEHAna - yaitu: JEMPLOL KAKI SAYA CANTENGAN.
"Hiu disini gak seperti dulu. Dulu masih kecil-kecil. Sekarang hiunya udah gede plus ganas. Kalo cium bau darah atau luka sedikit saja bisa bahaya, Mas. Pulang-pulang jempolnya ilang, loh." Ujar salah seorang pemandu di lokasi penangkaran.
*glek*
Saya pasrah menatap ke bawah sambil dalam hati berteriak, "JEMPOL SIALAN."