BEWARE OF KARMA!

Tweet

Do you believe in karma? Kalo saya sih I do believe banget. Kenapa kok tiba-tiba saya nanya masalah karma? Ya, karena kali ini kita akan ngomongin karma. Trus apa hubungannya traveling ama karma? Ih nanya mulu kaya petugas KUA! *jejelin beha*

Gini nih. Terkadang kalo pas kita traveling (atau gak usah jauh-jauh, di kehidupan sehari-hari aja deh!) kita pasti sering nemuin  hal hal yang bisa memancing diri kita untuk mengkritik atau bahasa halusnya mencibir sesuatu yang biasanya kita anggap aneh, lucu atau absurd. 

Contohnya: Kamu lagi ada di pantai dan tanpa sengaja kamu melihat ada cewek gendut pake bikini super mini dan kekecilan, nah maka bisa dipastikan kita akan membatin, 'GILAK, PEDE AMAT TUH DUGONG PAKE GITUAN?' atau pas kita melihat ada cewek pake make up super duper tebel dalam lubuk hati yang terdalam pasti kita bergumam, 'BUSET, NI CEWEK PAKE BEDAK APA TAPIOKA?'

Ya, di setiap kesempatan - disadari atau tidak - pasti ada kalanya kita akan menggunjing seseorang. Tapi percaya deh, menggunjing itu adalah salah satu aktivitas yang menyenangkan! (baca: asal gak ketahuan, ngiehehe).
 

Tetapi ada satu hal yang perlu kita garis bawahi, bahwa apa saja yang kita perbuat pasti ada karmanya, itu artinya segala sesuatu yang kita perbuat pasti akan dapat balasan yang setimpal. Kamu percaya, gak? Hah? Gak percaya? Oke, kita langsung aja ke TeKaPe!

Based on my daily experiences, setidaknya saya sering mengalami hal-hal yang berbau karma. Seperti ketika "tragedi sakit gigi". Jadi ceritanya temen saya sedang sakit gigi dan saking tersiksanya dia sampai menggelinjang kesakitan. Dari penampakan luar sih saya baik hati banget sama teman saya itu. Dengan welas asih dan penuh wibawa saya kasih saran dan tips pengobatan, saya juga tak segan kasih support ke dia supaya kuat, tabah dan tawakal. Teman saya itu tidak tahu bahwa sebenarnya dalam lubuk hati yang paling dalam, saya berteriak, 'MAMPUS LO! EMANG ENAK SAKIT GIGI?.' Busuk banget kan saya? Nyiahahaha *ketawa nyi blorong*

Tetapi you know what? selang satu minggu kemudian gantian saya yang sakit gigi. That's what we call KARMA!

Atau ketika saya mengejek temen seperjalanan saya yang mbenteot bawa jaket super tebel dan sleeping bag untuk persiapan traveling ke daerah pegunungan. Dengan congkak dan jumawa saya berkata kepada temen saya itu, 'Ih, buat apa sih lo bawa bawa sleeping bag segala? ribet tauk!, REMPONG LU! hahahahahahahaha!'. Saya juga masih sempet-sempetnya nertawain dia. And you know what again? Sesampainya dilokasi saya terserang asma karena kedinginan - ya, penyakit bengek saya ini bisa dipastikan kambuh di udara dingin. 

Tetapi apa? dengan murah hati - bak guardian angel, temen saya - yang tadinya saya gunjing habis-habisan itu - malah minjamin sleeping bag-nya buat saya. Duh malu banget deh gue! #KarmaLagi

Sahabat saya, Agista nasipnya lebih tragis lagi. Ceritanya nih. Ketika kami akan berangkat ke Bromo, dia mengancam saya, "Kalau nanti asma lo kambuh pas di Bromo, gue gak akan mau nolongin lo. Mampus ya mampus aja deh lo!".  

Hati saya seakan tersayat-sayat silet tumpul ketika mendengar pernyataan itu! Bangke banget dia! masa' temennya sakit malah diancam begituan. 

Maka sebelum berangkat ke Bromo saya pun sudah wanti-wanti dengan membawa jaket ekstra dan keperluan lainnya agar nanti gak kedinginan dan asma saya juga gak kambuh selama di Bromo.

Setiba di Lokasi, dengan udara mencapai 3 derajat celciyus yang ciyus enelan dinginnya. Saya dengan sigap mengeluarkan amunisi saya. Karena saking dinginnya saya memakai jaket rangkap sepuluh! Ditambah syal, kaos tangan, topi kupluk, beha, mukena dan tetek mbengek yang lainnya. Tubuh saya pun terselamatkan dari kejamnya udara Bromo dan berita baiknya adalah, asma saya gak kambuh. Yeay! *nari poco-poco*

Ketika kami nyampe di Cemoro Lawang, kalau biasanya untuk menuju Penanjakan kita bisa dengan oh-so-luxury-nya naik mobil hardtop - yang nyaman dan anget itu. Diluar dugaan, (Karena saking miskin-nya) kami terpaksa harus naik mobil pikep gundul dengan bak terbuka untuk menuju sunrise view point. 

Dan penyiksaan pun dimulai. Pukul 4 pagi - Mobil yang lebih mirip gerobak sampah bantar gebang itu terombang-ambing di jalanan pegunungan tengger yang penuh liku dan tanjakan maut, ditambah posisi kami yang umpel-umpelan di atas bak mobil yang terbuka dengan angin siwir-siwir yang mencekik. It's perfectly torturer!

"GUBRAKK, BRAAKKK. GEDUBRAKKK, MAK PYEKKK!" Tubuh kami terpental-pental seperti bola pimpong.

Ketika sampai di Penanjakan saya dibuat shocked  karena mendapati si Agista telah bermutasi menjadi zombie selakangan - mukanya lungset banget kayak kertas minyak bekas bungkus sate bekicot yang udah di buang ke tempat sampah trus di injek gembel gila yang homo.  

"Kenapa sih, nih anak?" Saya bertanya-tanya dalam hati.

Daaaan diluar dugaan!

Agista: "Howeggg...! Hok... Howegggg! HOOUUWWWEEEG!"

Saya: *melotot*
 
Hah? Dia muntah pemirsa! IYA MUNTAH! MABOK, IYA MABOK! (kalo biasanya bunyi muntah "howek" pake k yang ini lebih dahsyat lagi "howeg" pake G). Hahaha!

CATATAN SUPER PENTING: Mabok perjalanan adalah penyakit yang paling sangat tidak keren sekali untuk ukuran seseorang yang ngakunya traveler sejati. Hihihi.

"HOWEEEG!"  Lagi!

Yang bikin lebih hardcore banget adalah, program "howeg" itu terus berlanjut dari Bromo sampe kembali pulang ke Kediri. #KarmaBanget!

Sebenarnya saya pengen sekali ngetawain habis-habisan Si Agista karena dia sudah menghina saya sejak sebelum berangkat, tetapi karena takut terkena karma, saya pun mengurungkan niat itu. #GueOrangnyaPemaapKok! :)
 

Dari berbagai kejadian dan karma-karma itulah, saat ini saya jadi lebih hati-hati kalo ngomong. Saya gak bisa lagi seenak udel menghina kanan kiri. Saya juga lebih bisa berfikir positif dalam memandang segala sesuatu. 

Tapi terkadang saya masih keceplosan juga ketika ngetawain temen saya yang kebetulan sakit mencret. Dan sebagai karmanya satu minggu kemudian saya divonis sakit ambeyen - yang sampai saat ini belum sembuh juga! 

By the way.... Obatnya ambeyen itu apa, ya? Ada yang tau? ^_^ 

Jangan dicontoh! Mobil pikep (yang katanya 'ilegal' untuk masuk kawasan Bromo) ini cuma buat orang miskin seperti kami saja!