TRAVELER KERE: Mewah, Ecek-ecek, Sama Saja

Perhatian, boleh membaca tulisan ini sambil makan!

Bagi saya, menginap dihotel yang murah memang kadang bikin uring-uringan, tapi dengan menginap dihotel mewah-pun kadang bisa juga membawa petaka loh!

Jenis masalah yang biasanya paling sering ditemui adalah soal makanan, untuk hotel ecek-ecek kadang kita sering mengeluh dengan hidangan yang sangat tidak memenuhi standart 4 sehat 5 sempurna, contohnya saya pernah disuguhi menu sarapan se-onggok nasi (yang hampir) kering plus se-cuir ikan pindang disalah satu hotel di Kota Malang, karena hotelnya murah saya gak mau protes, lagi pula saya menginap disana juga dbayari temen saya, hehe.

Atau pernah juga ketika saya menginap disalah satu hotel di Jogjakarta, yang menu sarapannya hanya se-bongkah donat, mending kalo donatnya bermerk Dunkin Donuts, ini mah donat harga gopekan, minumannya pun teh hangat yang buthek karena (mungkin daun tehnya lupa disaring) tehnya masih menggunakan teh seduh bukan teh celup, yah! mau gimana lagi? sebagai gembel saya hanya bisa pasrah. *ngelap aer mata pake kolor*

Untuk hotel yang tergolong mewah pun kadang kala juga menyajikan permasalahan yang cukup pelik dibidang per-makanan (bahasa apa pula itu san?), permasalahan bukannya datang dari menunya, tapi lebih cenderung ke rasa makanan itu sendiri, maklum biasanya kalau hotel mewah kan cara masaknya (plus bumbu yang dipakai) menggunakan resep ke-luar-negeri-an, Apes bagi saya yang punya lidah ndeso, makanan mewah tersebut terasa sangat hambar dan kurang menggigit dilidah saya, beda lagi kalau menunya menggunakan resep dalam negeri, wuiih! #JadiLaper *ngemil keyboard*

Masalah selanjutnya yang sering timbul biasanya adalah soal toilet, untuk hotel ecek-ecek sih buat saya gak ada masalah, karena toilet dihotel ecek-ecek biasanya kondisinya gak jauh beda dengan toilet dirumah saya yang sama kotornya, sama joroknya dan sama-sama masih menggunakan kloset jongkok, bahkan dirumah saya punya 2 (dua) model toilet, yang pertama toilet model jongkok yang nyiramnya pake gayung, yang kedua adalah model jamban alias toilet yang kalau kita udah selesai PLUNG dan gak perlu disiram, hehehehe (Primitif banget kan?)

Jadi kalau ada temen yang numpang beol dirumah saya, pasti saya tawari:

"Lo mau kloset model jongkok atau model jamban seperti dikali?"

Masalah per-kloset-an justru timbul ketika saya menginap dihotel yang tergolong berbintang tujuh (puyer kalee) yang hampir semuanya mengadopsi kloset model duduk. Naasnya banyak temen saya yang milih berpuasa selama berhari-hari hanya karena gak mau poop ditoilet tersebut. Yah karena saya juga termasuk "CowokGaulYangGakBisaBeolKaloGakJongkok", maka untuk mengatasinya, biarpun toiletnya model duduk, biasanya ketika "melakukannya" saya pun harus tetep nangkring dan ber-jongkok-ria diatas kloset duduk tersebut (karena kalau gak jongkok biasanya "si kuning" gak mau nongol, hihihi).

Untuk masalah cebok juga sering kali jadi masalah, saya yang biasanya cebok pake gayung sempet kesulitan ketika harus cebok dengan menggunakan semprotan, tapi lama kelamaan juga terbiasa, hehehe.

Yang gak bisa saya terima dengan akal ndeso saya adalah ketika harus cebok hanya dengan menggunakan tissu, Hah! yang benar saja, orang Indonesia kan gak seperti orang luar yang makanannya serba bergizi dengan porsi mini, yang otomatis produksi eek-nya gak se-melimpah orang Indonesia, lha saya kan hobby makan gado-gado, rujak cingur, lontong balap itu pun pasti dengan porsi jumbo yang otomatis akan menghasilkan "limbah" yang jumbo pula, masa cebok cuma pake tissu? IH OGAH AH! :-P